Translate

BISNIS ONLINE

Selasa, 04 Maret 2014

Gugatan Arti Keteladanan Seorang Guru

Gugatan Arti Keteladanan Seorang Guru - Melihat guru berdemo, akankah slogan guru harus "digugu" dan "ditiru" masih tertanam kuat pada benak para siswa? Ataukah sebaliknya? Pilihan berunjuk rasa sejumlah guru madrasah diniyah di Kediri Jawa Timur terkait pencairan bantuan operasional sekolah daerah (BOSDA) pada penghujung Januari lalu menambah daftar demo guru.

Di Kebumen sedikitnya 1.500 guru tidak tetap (GTT) dan pegawai tidak tetap (PTT) tenaga kependidikan nonkategori mengajar menuntut pemerintah untuk merevisi PP Nomor 48 dan 56 Tahun 2012. Demo guru merebak di berbagai tempat  di Tanah Air. Salah satunya, yang digelar sejumlah guru honorer yang menuntut menjadi guru PNS. Awalnya masyarakat cukup terkejut karena terlanjur mencitrakan guru sebagai profesi luhur yang jauh dari nilai dan materialistik. Ekspektasi publik mencitrakan guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang berdedikasi tanpa pamrih.
Gugatan Arti Keteladanan Seorang Guru

Berdemo memang wajar apalagi pada era reformasi, namun tetap kurang pas bila dilakukan oleh guru. Lebih bijak guru menyampaikan aspirasi dengan mengajak berdialog dengan pemerintah secara langsung atau melalui wakil rakyat. Andai tak lagi mempercayai wakil rakyat, guru bisa menyampaikan aspirasi melalui tulisan di media massa. Cara mengekspresikan keinginan secara elegan merupakan pencerminan dari karakter luhur. Dalam buku Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman menuliskan bahwa marah itu mudah karena tiap orang bisa marah. Namun, marah pada orang yang tepat, waktu yang tepat, dan dengan proporsi dan cara tepat, tidaklah mudah. Kemampuan itulah yang disebut cerdas secara emosi.

Mengacu karakter luhur yang dimiliki guru itu merupakan keteladanan yang dibutuhkan siswa sebagai generasi yang berkarakter mulia, guru seyogianya harus berhati-hati dalam bertindak. Guru perlu mempertimbangkan secara matang sebelum melangkah mengingat mereka adalah "ROLE MODEL". Keteladanan guru di Jawa Tengah menduduki peran penting dalam kesuksesan implementasi kurikulum 2013 (baca juga postingan: Penguatan Implementasi Kurikulum 2013). Apalagi kurikulum baru tersebut lebih menitik beratkan pentingnya pendidikan karakter siswa. Keteladanan merupakan Kunci Utama dalam penanaman karakter pada anak didik. Selain penciptaan lingkungan yang mendukung serta pembiasaan nilai-nilai dan perilaku luhur.

Keteladanan penting dalam penanaman nilai-nilai etika dan moral kepada peserta didik. Jika guru tidak bisa memberikan teladan menerapkan nilai dan etika maka sebaik apa pun teori tentang nilai dan etika yang diajarkan, kurang membekas dalam perilaku siswa. Mereka banyak belajar bukan dari apa yang diucapkan guru tapi juga dari yang dilakukan. Mereka mengamati dan meniru dalam diam dan kepolosan. Bila guru menyampaikan betapa penting nilai tanggung jawab dalam belajar namun sikap guru kurang mencerminkan pelaksanaan amanah itu maka siswa pun menjadi kurang bertanggung jawab dalam belajar.

Di samping itu, lingkungan juga merupakan faktor yang mendukung keterbentukan karakter dan keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan moral. Lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan nilai-nilai positif seperti kejujuran, kedisiplinan, kasih sayang, keramahan, akan menggiring siswa menjadi pribadi berkarakter luhur. Penanaman karakter yang baik juga bisa dilakukan melalui pembiasaan. Bila tiga komponen tersebut yakni Keteladanan, Lingkungan yang Kondusif dan Pembiasaan, bisa ditemukan di sekolah maka tujuan Kurikulum 2013 untuk membentuk generasi Kreatif dan Berkarakter Mulia bisa cepat terwujud.

Guru di Jawa Tengah jangan merasa lelah berbenah supaya menjadi sosok yang benar-benar patut jadi teladan peserta didik. Karena keteladan guru begitu berarti untuk mewujudkan generasi ROBBANI.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar