Sejarah Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah Saw - Perkembangan dunia pendidikan yang sekarang kita rasakan, merupakan hasil dari proses perkembangan pendidikan yang terjadi di masa lampau. Dimana sejarah pendidikan sudah ada sejak Islam diturunkan oleh Allah di muka bumi ini, yakni sejak nabi Adam As diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah yang pertama di dunia. Proses atau pendidikan pada masa Rasulullah tepatnya adalah ketika beliau diutus Allah menjadi Nabi sekaligus Rasul yaitu untuk mengemban risalah Islam. Pendidikan yang ada pada masa Rasulullah tidaklah jauh berbeda dengan pendidikan yang ada pada masa sekarang. Dimana Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan Islam sudah dapat menggunakan metode-metode yang sesuai dengan perkembangan masa itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari setiap pendidikannya tersebut terlaksana dengan prestasi yang memuaskan. Namun, sarana pendidikan yang ada pada masa Rasulullah sangatlah jauh berbeda dengan sarana dan prasarana pendidikan modern sekarang ini. Dimana pada waktu itu belum ada apa yang kita katakana gedung sekolah, serta sarana penunjang lainnya seperti apa yang ada pada masa sekarang, tetapi tujuan pendidikan justru lebih berhasil ketika masa Nabi Saw dibandingkan dengan keberhasilan pendidikan yang diharapkan pada masa sekarang. Keberhasilan pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw bukan saja dirasakan oleh masyarakat Makkah dan Madinah, namun sudah menyebar hampir di seluruh jazirah arab.
Nabi Muhammad Saw sudah membawa misinya ke Arab dan dunia, dan sudah menghasilkan pembaharuan dalam bidang keagamaan dan social yang sudah menggegerkan dunia dan menarik manusia di dunia. Ajaran kepercayaan ini sudah diadopsi oleh lebih dari 300 juta manusia (Hasan Ibrahim, 1989).
Pendidik
Semenjak Muhammad diangkat menjadi Rasul, dengan wahyu yang pertama surat al-‘Alaq ayat 1-5 (baca juga postingan: Kewajiban Belajar Mengajar dalam Perspektif al-Qur'an Surat al-'Alaq ayat 1-5) maka mulailah beliau menjalankan misi tersebut untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Makkah dan seluruh dunia. Berkenaan dengan ini, yang menjadi aktor utama (pendidik) adalah Rasul sendiri sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah dalam QS 34 ayat 28, yang artinya ”... Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan”. Atas dasar firman Allah tersebut, maka Nabi Saw mendapat wewenang penuh dari Allah Swt langsung sebagai pembawa risalah sekaligus tenaga pendidik serta penanggung jawab atas pengembangan pendidikan Islam. Penegasan dan penugasan wewenang itu juga terdapat dalam surat lain, yakni QS. 21 ayat 107.
Dengan segala keuletan, kesabaran, ketegaran dan ketawakkalan Nabi Saw serta dibantu oleh beberapa asisten belaiu, maka Islam berhasil mencapai kejayaannya terhadapa dunia pendidikan Islam dari Makkah terus Madinah bahkan hampir seluruh jazirah arab juga ke Persia.
Peserta Didik
Dalam menyampaikan risalah Islam dari Allah Swt melalui wahyu-Nya, maka Nabi Saw pada awalnya memberikannya kepada orang yang terdekat dengan beliau yakni istrinya. Hal ini dilakukan karena belum adanya perintah langsung dari Allah bahwa ketika pertama kali Muhammad dilantik menjadi rasul untuk menyebarkan risalah Islam dengan wahyu yang pertamanya surat al-‘Alaq ayat 1-5. Kandungan surat ini kurang lebihnya bahwa mengajak umat Islam khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya untuk giat dan pandai-pandai mencari ilmu serta pandai-pandai membaca situasi dan kondisi agar kita tidak tersesat pada jalan yang salah, sehingga kita diharapkan tergolong orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Swt.
Kemudian disusul dengan wahyu yang tercantum di dalam QS. 74 ayat 1-7 yang artinya:
”Wahai orang-orang yang berselimut. Bangunlah, untuk memberikan peringatan. Agungkan (nama) Tuhanmu, dan bersihkan pakaianmu. Dan tinggalkan perbuatan dosa. Dan janganlah engkau member untuk mendapatkan (balasan) yang lebih banyak dan demi Tuhanmu, bersabarlah.”
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju pada Nabi Muhammad Saw tentang apa yang harus dilakukan, baik terhadap dirinya sendiri maupun umatnya. Setelah yakin benar bahwa ajaran tersebut megandung misi yang suci, maka Nabi Saw mengajak istrinya untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zaid bin Haristan (seorang pembantu rumah tangganya, yang kemudian menjadi anaknya angkatnya). Kemudian dilanjutkan kepada sahabat karibnya yakni Abu Bakar Shiddiq, kemudian keluarga dekat dari suku Quraisy, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’id bin Abi Waqas, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abi Arqam, Fatimah bin Khattab bersama suaminya Said bin Zaid.
Mereka itulah orang-orang yang mula-mula masuk Islam (Assabiquna al-Awwaluna), pusat pendidikannya yaitu di rumah salah seorang sahabat yang bernama Arqam bin Abi Arqam. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam QS. 26 ayat 213-216 yang artinya,
“Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu Termasuk orang-orang yang di'azab dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu Maka Katakanlah: Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Kegiatan pembelajaran di rumah Arqam ini berlangsung selama lebih dari 5 tahun hingga akhirnya turun petunjuk dan perintah dari Allah agar Nabi dalam memberikan pendidikan dan seruannya secara terbuka. Sebagaimana dalam QS. 22 ayat 94. Berlandaskan pada ayat ini, maka Rasulullah Saw dengan tekad yang mulia menyebarkan pendidikan Islam pada seluruh penduduk Makkah juga masyarakat di luar kota tersebut seperti Madinah, terutama mereka yang datang ke Makkah. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi Nabi Saw pun semakin terbuka pula dan karena pertolongan Allah dalam menghadapi rintangan. Maka, pendidikan Islam lama-kelamaan dapat diterima dan diyakini oleh penduduk Jazirah Arab dan Asia bahkan dunia.
Dari penjelasan di atas dapat dikemukakan bahwa peserta didik pada masa Rasulullah Saw adalah keluarganya sendiri, family terdekat, sahabat terdekat dan masyarakat luas yang ada di daerah Arab.
Metode Pendidikan
Keberhasilan pendidikan Islam pada masa Nabi adalah karena kepiawaian Nabi dalam menggunakan merode pembelajaran yang tepat. Di antara metode-metode yang sering digunakan Nabi adalah metode ceramah, hafalan, Tanya jawab dan sosio drama dalam bentuk penulisan dan pengamalan.
Kurikulum
Pendidikan Islam pada masa Rasulullah Saw berpedoman/berkurikulum pada al-Qur’an dan hadits atau sunnah. Karena ajaran-ajaran Islam yang terdahulu ketika dibawa oleh Nabi Ibrahim sudah ditinggalkan oleh masyarakat dan mereka menganut kepercayaan nenek moyang mereka yang sesat. Sehingga diharapkan dunia pendidikan Islam pada masa sekarang pun harus berpedoman terhadap al-Qur’an dan al-Sunnah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakakan bahwa sejarah pendidikan Islam sudah ada sejak zaman Rasulullah yakni dengan bukti seperti yang masih dapat kita lihat, seperti:
- Adanya al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman umat Islam.
- Adanya perubahan secara radikal sebagai akibat risalah dari Rasulullah Saw.
- Tindakan bijaksana Nabi terhadap tawanan perang untuk dibebaskan dengan syarat mengajar baca tulis pada kaum muslimin.
- Bukti fisik seperti Gua Tsur, Gua Hira, Masjid Nabawi, Masjid Quba, Makam Nabi Saw dll.
Sesungguhnya umat Islam itu memiliki potensi yang sangat kaya dalam dunia pendidikan, dan dari beberapa metode yang diterapkan ternyata jauh lebih canggih, untuk diterapkan pada dunia pendidikan Islam pada masa sekarang. Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan tercapainya peradaban masyarakat Arab dan sekitarnya yang dulu menjadi masyarakat yang sesat dalam keyakinan, kini menjadi masyarakat yang berakidah dan memegang teguh ajaran Islam dalam kurun waktu yang relatif pendek yaitu 23 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar