Translate

BISNIS ONLINE

Minggu, 16 Maret 2014

Upaya Menjaga Kewibawaan dan Martabat Guru

Upaya Menjaga Kewibawaan dan Martabat Guru - Guru adalah sosok yang teroandang, disegani, dan terhormat di mata masyarakat. Jasa mereka sangat besar, berkat mereka seseorang dapat menjadi insinyur, dokter, ilmuan, arsitek, politikus, dan lain sebagainya. Berkat didikan dan kesabaran guru kebodohan dapat dihilangkan, kemiskinan dapat dientaskan, kedudukan dapat diraih. Guru merupakan figur pembaharu bangsa. Ketulusan guru mampu merubah tatanan kehidupan di segala bidang, baik polotik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan lain-lainnya ke arah yang lebih baik. Pantaslah jika guru menyandang gelar "Pahlawan tanpa tanda jasa".

Dahulu siswa sangat menghormati akan keberadaan guru. Tausiyah dan pesan guru begitu berarti bagi mereka. Namun, nilai-nilai yang selama ini sangat menjunjung tinggi martabat guru mulai luntur dan terkikir di kalangan siswa. Hal ini nampak pada sikap dan perilaku di kalangan mahasiswa, siswa SMA, SMP, dan SD yang sering mencerminkan kurang menghormati guru. Contoh, siswa ketika berbicara dengan guru tidak menggunakan bahasa yang santun, bahkan mereka sering menggunakan bahasa seperti dengan temannya sendiri; saat guru berjalan, siswa malah ngebut dengan kendaraannya di samping guru, berbeda sekali dengan siswa dulu, mereka akan turun dari kendaraannya manakala ada guru sedang berjalan; di luar jam sekolah saat mereka bertemu dengan gurunya mereka enggan menyapa dan menunjukkan sikap acuh tak acuh; nasihat guru sering tidak didengarkan siswa. Keprihatinan kita adalah sikap siswa yang kurang menghormati guru ini malah sering terjadi di kalangan siswa tingkat atas seperti mahasiswa dan siswa SMA.

Nampak sekali terjadi pergeseran norma dan sikap siswa terhadap gurunya di lingkungan sekolah. Apa saja penyebab-penyebab terjadinya pergeseran nilai-nilai luhur terhadap guru ini? Jika ditelusuri ternyata banyak penyebabnya, diantaranya pengaruh dari dampak negatif globalisasi, teknologi, reformasi, pola hidup konsumtif yang menyimpang tuntunan agama, media cetak, media elektronik, dan pengaruh lingkungan di mana mereka tinggal yang mampu menerobos dinding lingkungan pendidikan. Lebih-lebih pengaruh gaya hidup anak sekolah yang diputar dalam sinetron remaja yang tema dan settingnya mengambil lingkungan sekolah sebagai objeknya.

Sinetron saat ini banyak yang tidak sesuai dengan norma-norma sekolah. Baik norma yang berhubungan dengan sikap siswa dan guru, siswa dengan siswa, cara berbahasa yang tidak santun, cara berbusana siswi yang bertentangan dengan tuntunan agama, dan surutnya kewibawaan seorang guru di mata siswa. Sebagian siswa memperlakukan guru sebagai objek pendidikan yang dapat dipermainkan oleh siswa. Padahal, guru seyogyanya menjadi subjek pendidikan yang memiliki peran untuk mengendalikan dan membimbing siswa. Guru adalah ujung tombak keberhasilan pendidikan, karena itu peran guru sangat menentukan keberhasilan bagi siswa. Walaupun di zaman sekarang ini pusat pembelajaran adalah siswa (student centre) dan guru sebagai fasilitator. Tetapi guru tetap berperan penting dalam proses belajar mengajar, sebab dalam proses belajar mengajar diperlukan perangkat-perangkat pembelajaran seperti PSA, metode, pendekatan, strategi, pengelolaan kelas, evaluasi, kriteria ketuntasan belajar yang semua itu dirancang oleh guru.

Kita mengetahui bahwa tujuan pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan dan mengembangkan kemampuan intelektual siswa saja, tetapi juga perlu mendapat perhatian serius soal pendidikan mental, emosi, dan spiritual siswa yang mana semua itu akan tercermin dalam kepribadian siswa dan kemampuan siswa saat berkiprah di tengah-tengah masyarakat memainkan peranannya. Siswa yang memiliki otak brilliant tanpa didukung oleh kepribadian yang matang, tidak banyak memiliki peluang untuk menempati posisi strategis dalam semua aspek kehidupan. Karena itu, peran dan tanggung jawab guru dalam membimbing siswa sangat diperlukan.

Permasalahan-permasalah ini jika tidak mendapat perhatian dan penanganan secara langsung dari para pengelola dan pelaku pendidikan, akan sangat berpeluang untuk bersikap dan berperilaku nakal. Karena itu, di era globalisasi dan reformasi ini, mestinya guru harus mampu menjadi figur teladan yang patut digugu dan ditiru oleh siswa. Keteladanan guru dari semua aspek sangat berpengaruh pada pembentukan diri dan kepribadian siswa. Saat ini perubahan sangat cepat dan terjadi secara besar-besaran. Banyak bermunculan metode-metode pembelajaran yang unik, media yang serba luxs, fasilitas yang memadai, ditambah dengan meresapnya pembelajaran berbasis IT di sekolah-sekolah unggulan, dan mudahnya mengakses berbagai informasi. Semua ini adalah perubahan yang tak terbendung lagi. Zaman boleh berubah, sarana boleh lengkap, metode boleh inovatif, media boleh berubah, namun guru harus tetap memiliki kewibawaan dan kharismatik, nilai dan martabat guru harus tetap dijunjung tinggi.

Bagaimana agar guru tetap memiliki kewibawaan dan kharismatik di hadapan siswanya dan bagaimana siswa memiliki sikap dan kepribadian luhur yang menjunjung tinggi harkat dan martabat guru? Pertama, guru secara kontinyue melakukan tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Maksudnya guru berusaha menata hati dan berdoa sebelum masuk ke lingkungan sekolah lebih-lebih saat akan mengajar siswa-siswanya. Manfaatnya antara lain, guru akan memiliki hati tulus dan tanpa pamrih saat mengajarkan materi pelajaran, permasalahan yang ada di rumah tidak akan terbawa ke dalam suasana kelas, guru mengajar dengan hati, kegaduhan yang terjadi di kelas dihadapinya dengan tenang, hati mudah memaafkan siswa yang salah, menganggap siswa-siswanya adalah seperti anak kandungnya sendiri, sehingga guru dapat mengajar dan membimbing siswanya dengan rasa kasih sayang, arif, dan bijaksana. Kedua, sebelum mengajar guru mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran. Ketiga, secara halus dan bijaksana guru tidak bosan-bosannya memberikan nasehat dan bimbingan pada siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang mulia terhadap guru, orang tua, dan siapapun. Keempat, bagi guru berusaha untuk membangun kesalehan diri agar guru dapat memberikan keteladanan positif pada diri siswanya.

Kelima, menjalin tali kasih dengan siswa. Murid akan mudah menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru favoritnya. Rasa senang dan hubungan batin ini akan sangat berpengaruhpada prestasi dan kepribadian siswa. Perhatian guru pada siswa akan memunculkan motivasi siswa untuk lebih bersemangat dan berprestasi. Keenam, membiasakan mereka untuk bersalaman dan mengucapkan salam. Ucapan salam siswa kepada guru dan sebaliknya merupakan ungkapan restu guru pada siswanya dan permohonan restu siswa kepada gurunya. Dengan terjalinnya hal tersebut, siswa merasa lebih dekat dengan gurunya, dan siswa termotivasi meraih kesuksesan dalam belajar. Ketujuh, Guru tidak pelit untuk memberikan penghargaan dan motivasi terhadap siswanya. Penghargaan guru atas jerih payah siswa sangat berarti bagi siswa. Bahkan, semangatnya akan bangkit manakala guru memberikan respon positif terhadap hasil karya siswanya.

Kita semua berharap anak didik kita menjadi orang yang memiliki keilmuan yang tinggi, skill yang mumpuni, kearifan budi pekerti, kedalaman spiritual, dan berhati jernih. Mudah-mudahan siswa-siswi yang kita bimbing menjadi generasi yang berilmu amaliyah, beramal ilmiyah, bertakwa ilahiyah, dan berakhlak rabbaniyah. Amin.



------------ Slamet Saefurochman, S.Ag, M.Si
Guru dan Anggota Risbang MTsN Margadana Kota Tegal


Tidak ada komentar:

Posting Komentar