Translate

BISNIS ONLINE

Senin, 17 Maret 2014

Sinkronisasi Pendidikan Keluarga dan Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik

Sinkronisasi Pendidikan Keluarga dan Sekolah dalam Membentuk Karakter Peserta Didik - Keluarga merupakan lembaga pendidikan karakter yang pertama dan utama. Pandangan ini didasarkan beberapa pada beberapa argumen berikut. Pertama, keluarga merupakan pihak yang paling awal memberikan perlakuan pendidikan terhadap anak. Kedua, sebagian besar waktu anak umumnya dihabiskan di lingkungan keluarga. Ketiga, hubungan antara orang tua dan anak bersifat spesifik. Keempat, interaksi dalam kehidupan orang tua dan anak lebih bersifat alamiyah.

Pendidikan Karakter di Lingkungan Keluarga

Dalam mewujudkan pendidikan karakter anak di keluarga perlu adanya kesepakatan aturan berperilaku dalam keluarga, meskipun tidak tertulis. Aturan ini harus manusiawi dan jelas. Kalau atauran berperilaku itu sudah ada, maka setiap anggota keluarga perlu menegakkan aturan itu secara konsisten dan bijaksana. Setiap anggota keluarga perlu berdisiplin dalam menegakkan aturan-aturan yang sudah disepakati. Dalam menegakkan aturan diperlukan ketegasan bukan kekerasan. Kekerasan umumnya melibatkan hukuman fisik yang justru dapat menimbulkan persoalan pada anak. Perlakuan-perlakuan kekerasan itu akan dianggap oleh anak sebagai hilangnya kasih sayang dan ketidaksenangan orang tua terhadapnya. Pada akhirnya, kekerasan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan kejiwaan anak. Anak bisa menjadi kurang bergairah untuk bereksplorasi, penuh ketakutan dan kecurigaan, serta mungkin juga memiliki sikap atau perasaan yang ambivalen antara sayang dan benci.

Hukuman biasanya dilakukan dengan luapan emosi yang kadang-kadang dilakukan secara tidak terkendali dan di kemudian hari timbulnya hanyalah penyesalan. Karena itu perlu diupayakan agar penggunaan hukuman itu bisa diminimalisir. Jika terpaksa harus menerapkan hukuman, maka pertimbangkanlah cara-cara berikut. [a] Beri penjelasan kepada anak mengapa ia dihukum; [b] Berilah anak kesempatan untuk membela diri; [c] Hindari hukuman yang bersifat fisik; dan [d] Berikan hukuman pada saat yang tepat.

Membangun karakter anak bisa juga dilakukan melalui kegiatan pembiasaan sehari-hari di rumah, seperti mengatur jadwal rutin untuk belajar, bangun pagi, bermain, istirahat, dan pemberian beban-beban lain yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Kegiatan pembiasaan ini harus selalu dipantau perkembangannya. Permasalahan lain yang dapat mengganggu pendidikan karakter di keluarga adalah adanya pengaruh negatif dari media informasi, khususnya televisi dan internet. Banyaknya program televisi dan akses internet membuat anak semakin tersita waktunya untuk menonton televisi dan mengakses internet. Yang menjadi persoalan bukan sekedar berkurangnya waktu belajar anak dengan menonton televisi atau akses internet, tapi adanya pengaruh negatif dari apa yang ditonton atau diakses oleh anak tersebut. Oleh karena itu, orang tua hendaknya berupaya mengembangkan kebiasaan menonton televisi yang baik dan menggunakan internet pada anak dengan cara: [1] mengarahkan anak untuk menonton atau mengakses program-program yang sesuai dengan perkembangan anak; [2] luangkan waktu untuk mendampingi anak di saat menonton atau mengakses program-program tersebut; [3] bantu anak untuk menemukan program yang sesuai dengan perkembangan anak; [4] ajak anak berdiskusi tentang program-program televisi atau internet yang sensitif dan berilah anak kesempatan berpendapat tentang hal-hal yang menarik perhatiannya; dan [5] seimbangkan antara aktivitas belajar dengan menonton televisi maupun internet.

Sinkronisasi Pendidikan Karakter di Keluarga dan di Sekolah

Orang tua dan sekolah mempunyai tanggung jawab bersama dalam mendidik anak. Orang tua menitipkan anaknya ke sekolah tidak berarti orang tua menyerahkan pendidikan anaknya ke sekolah sepenuhnya dan lepas tanggung jawab. Fungsi sekolah hanyalah membantu orang tua dalam mendidik anak, bukan mengambil alih tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak.

Hal yang terpenting dalam sinkronisasi pendidikan keluarga dan sekolah adalah adanya jalinan komunikasi antara pihak keluarga dan sekolah. Jalinan ini diperlukan untuk membangun kesamaan langkah dalam menyusun program-program sekolah sesuai harapan sekolah dan orang tua/wali. Program-program sekolah ini harus bisa dipahami dan didukung oleh pihak orang tua/wali begitu pula sebaliknya. Sekolah sebagai lembaga harus proaktif membangun komunikasi dengan orang tua/wali dengan memanfaatkan setiap kesempatan melalui pertemuan awal tahun, akhir semester, dan akhir tahun serta pertemuan insidental lainnya. Sekolah harus juga memanfaatkan media tulis maupun internet guna menginformasikan kemajuan belajar dan perkembangan anak serta berbagai kebijakan dan program sekolah sehingga dipahami oleh orang tua.

Sekolah juga perlu menginventarisir dan mempelajari keinginan-keinginan orang tua, termasuk menerima masukan tentang kualitas penyelenggaraan layanan pendidikan yang selama ini diselenggarakan oleh sekolah. Sekolah juga berfungsi sebagai agen yang dapat memberi masukan-masukan kepada orang tua untuk meningkatkan dan memperbaiki cara mendidik anak di keluarga. Di pihak lain orang tua perlu aktif memberikan informasi-informasi yang diminta oleh sekolah, termasuk melaporkan kemajuan belajar anak yang teramati di keluarga. Bila orang tua mengidentifikasi adanya perilaku anak yang perlu mendapat perhatian serius, maka juga perlu segera mengkomunikasikannya kepada pihak sekolah. Sekolah perlu merancang berbagai program agar orang tua terlibat aktif dalam mendukung program-program sekolah. Sekolah juga menyelenggarakan layanan konsultasi yang dapat menampung ide, gagasan, saran, dan keluahan orang tua. Sebaliknya, orang tua juga perlu mendukung program-program sekolah, dan memberikan umpan balik keterlaksanaan untuk perbaikan program sekolah. Sekolah dan keluarga tidak boleh jalan sendiri-sendiri, apalagi saling bertentangan dalam pendidikan karakter peserta didik. Keduanya perlu berada pada suatu sinergisitas melalui jalinan komunikasi yang harmonis untuk mewujudkan karakter mulia peserta didik.



------- Sukarmin
(Kepala Sekolah SMP 18 Tegal)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar