Multiple Intelligences: Alternatif Mengembangkan Kecerdasan Anak - Pada pemaparan tentang "Redefinisi Kecerdasan: First Humanitiy", bahwa mengapa Gardner dengan Miltiple Intelligencesnya menyita perhatian masyarakat? Setidaknya ada tiga paradigma yang diubah Gardner. Dan pada kesempatan inilah ke tiga paradigma tersebut akan dipaparkan.
[1] Kecerdasan Tidak Dibatasi Tes Formal
Kecerdasan seseorang tidak mungkin dibatasi oleh indikator-indikator yang ada dalam achievement test (tes formal). Sebab setelah diteliti, ternyata kecerdasan seseorang itu selalu berkembang (dinamis), tidak statis. Tes yang dilakukan untuk menilai kecerdasan seseorang, praktis hanya menilai kecerdasan pada saat itu, tidak untuk satu bulan lagi, apalagi sepuluh tahun lagi. Menurut Gardner, kecerdasan dapat dilihat dari kebiasaan seseorang. Padahal kebiasaan adalah perilaku yang diulang-ulang.
Pada awal 1970-an, tak sedikit ahli Psikologi dunia yang berpendapat bahwa tes IQ (yang dicetuskan oleh Alferd Binet) yang banyak diterapkan di dunia pendidikan itu tidak valid. Gardner menulis tentang konsep multiple intelligences dalam bukunya Frame of Mind, yang diterbitkan pada 1983. Buku ini dipublikasikan dengan tujuan memberikan kritik yang mendalam tentang ketidakvalidan tes IQ. Buku ini berhasil memberikan kekuatan dan inspirasi bagi psikolo-psikolog dunia untuk introspeksi diri dan kembali merenungkan makna kecerdasan manusia.
Dalam bukunya yang terkenal, Smart Baby, Clever Child, Valentine Dmitriev, Ph.D mengatakan bahwa ada dua faktor dalam perkembangan otak manusia yang menjadikan beberapa orang lebih pandai dari pada orang lain. Faktor itu adalah Keturunan dan Lingkungan. Tidak banyak yang bisa dilakukan orangtua untuk mengubah warisan gen seorang bayi, tetapi sangat banyak yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan faktor lingkungan guna meningkatkan potensi perkembangan seorang anak. Artinya bahwa otak tumbuh sebagai hasil dari informasi yang diterima, disimpan, dan diprosesnya. Dengan kata lain, otak tumbuh melalui proses yang disebut "Belajar".
Lebih jauh, Dmitriev mengatakan bahwa dalam banyak kasus, anak-anak yang berpotensi cemerlang tidak meraih apa yang mungkin dicita-citakannya. Otak mereka gagal tumbuh karena kondisi kehidupan yang miskin. Kemiskinan, kekurangan gizi, orang tua yang kurang peduli, sebagaimana juga kurangnya rangsangan dan pengalaman yang mendidik (guru), turut menyumbang pada penundaan perkembangan kondisi mental.
Lebih jauh, Dmitriev mengatakan bahwa dalam banyak kasus, anak-anak yang berpotensi cemerlang tidak meraih apa yang mungkin dicita-citakannya. Otak mereka gagal tumbuh karena kondisi kehidupan yang miskin. Kemiskinan, kekurangan gizi, orang tua yang kurang peduli, sebagaimana juga kurangnya rangsangan dan pengalaman yang mendidik (guru), turut menyumbang pada penundaan perkembangan kondisi mental.
Baca juga dua paradigma selanjutnya yaitu:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar