Translate

BISNIS ONLINE

Senin, 10 Maret 2014

Biografi Hasan al-Bashri Si Buah Bibir Kaum Sufi

Biografi Hasan al-Bashri Si Buah Bibir Kaum Sufi - Nama lengkapnya adalah Abu Sa'id Al-Hasan bin Yasar, adalah seorang zahid yang sangat masyhur di kalangan tabi'in. Beliau dilahirkan di Madinah pada tahun 21 H (632 M) dan wafat pada hari Kamis bulan Rajab tanggal 10 tahun 110 H (728 M). Beliau dilahirkan dua malam sebelum khalifah Umar bin Khattab wafat. Beliau dikabarkan bertemu dengan 70 orang sahabat yang turut menyaksikan peperangan Badar dan 300 sahabat lainnya.

Dialah yang mula-mula menyediakan waktunya untuk memperbincangkan ilmu-ilmu kebatinan, kemurnian akhlak dan usaha penyucian jiwa di Masjid Bashrah. Ajaran-ajarannya tentang kerohanian senantiasa didasarkan pada sunnah Nabi. Sahabat Nabi yang masih hidup pada zaman itu pun mengakui kebesarannya. Suatu ketika seorang datang kepada Anas bin Malik (sahabat Nabi yang utama) untuk menanyakan persoalan agama. Anas memerintahkan orang itu agar menghubungi Hasan. Mengenai kelebihan lain dari Hasan, Abu Qatadah pernah berkata:


Biografi Hasan al-Bashri Si Buah Bibir Kaum Sufi

Bergurulah kepada Syekh ini. Saya sudah saksikan sendiri (keistimewaannya). Tidak ada seorang tabi’in pun yang menyerupai sahabat nabi selainnya” [1].

Karir pendidikan Hasan al-Bashri dimulai dari Hijaz. Beliau berguru hampir kepada seluruh ulama di sana. Bersama ayahnya, beliau kemudian pindah ke Bashrah, tempat yang membuatnya masyhur dengan nama Hasan al-Bashri. Puncak keilmuannya beliau peroleh di sana. Hasan al-Bashri terkenal dengan keilmuannya yang sangat dalam. Tak heran kalau beliau menjadi imam di Bashrah khususnya dan daerah-daerah lainnya. Tak heran pula kalau ceramah-ceramahnya dihadiri oleh seluruh segmen masyarakat. Di samping dikenal sebagai zahid, beliaupun dikenal sebagai seorang yang wara' dan berani dalam memperjuangkan kebenaran. Di antara karya tulisnya, ada yang berisi kecaman terhadap aliran kalam Qadariyyah dan tafsir-tafsir al-Qur'an [2].

Abu Na’im al-Asbhahani menyimpulkan ajaran tasawwuf Hasan al-Bashri sebagai; takut (Khauf) dan pengharapan (Raja’) tidak akan dirundung kemuraman dan keluhan; tidak pernah tidur senang karena selalu mengingat Allah. Demikian takutnya, Imam Sya’rani pernah berkata bahwa,
Sehingga seakan-akan dia merasa bahwa neraka itu hanya disiapkan untuknya(Hasan al-Bashri) [3].
Berkaitan dengan ajaran tasawwuf Hasan al-Bashri, Muhammad Mustafa (Guru Besar Filsafat Islam) menyatakan kemungkinan bahwa tasawwuf Hasan al-Bashri didasari oleh rasa takut siksa Tuhan di dalam neraka. Namun, setelah kami teliti ternyata bukan perasaan takut terhadap siksaanlah yang mendasari tasawwufnya. Tetapi, kebesaran jiwanya akan kekurangan dan kelalaian dirinya yang mendasari tasawwufnya itu. Sikapnya itu senada dengan sabda Nabi Saw yang artinya:
"Orang beriman yang selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah laksana orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung itu akan menimpa dirinya".


Reff:
[1] Hamka. Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya. Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1986, hal. 76.
[2] Umar Farukh. Tarikh al-Fikr al-‘Arabi. Dar al-‘Ilm li al-Malayin, Beirut, 1983, hal 216.
[3] Hamka. Tasawwuf; Perkembangan dan Pemurniannya. hal. 77

Tidak ada komentar:

Posting Komentar