Hal tersebut juga ternyata pernah dialami oleh guru profesional sekelas Agus Sampurno, dan dia mulai insyaf setelah mengikuti PLPG. Kemudian dalam blognya dia berbagi bahwa:
- RPP menggambarkan prosedur, struktur organisasi pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar yang ditetapkan dalam standar isi & dijabarkan dalam silabus
- Susun indikator dalam RPP guru mesti melibatkan 3 aspek (kognitif, afektif, psikomotorik) dan tidak mesti semua supaya malah tidak mengada-ada
- Lingkup RPP; untuk 1 pertemuan atau lebih
- Standar khusus RPP: guru mesti tulis model dan pendekatan strategi pembelajarannya
- RPP berisi kegiatan2 yang terstruktur, tanpa itu dijamin kelas berantakan
- Langsung mengajar tanpa RPP boleh saja, asal guru sudah mengerti & mendokumentasikan skenario pembelajaran 1 tahun
- Standar khusus RPP; ada langkah-langkah awal, inti, akhir serta disertakan jenis penilaiannya
- RPP yang baik itu jelas, siapapun yang mengajarkan akan bisa membaca dan melakukan karena didalamnya dipaparkan tahap demi tahap (proses)
- Pertahankan standar kompetensi dan kompetensi dasar, lalu usahakan untuk membuat indikator yang kreatif.
- Ciri-ciri indikator yang kreatif adalah ia berorientasi pada produk yang akan dibuat oleh siswa. Misalnya siswa membuat jurnal, poster, presentasi singkat serta banyak lagi jenis penugasan yang kreatif dan memaksa siswa mempreaktekan berpikir tingkat tinggi.
- mulai sekarang jadikan buku teks sebagai mitra dan bukan satu-satunya rujukan, banyak sekali RPP yang ujung-ujungnya meminta anak mengerjakan soal yang ada di LKS atau buku teks. Padahal ini saatnya menjadikan buku teks sebagai acuan teori, soal bentuk penugasan semakin kreatif guru maka semakin senang dan tertantang siswa untuk mengerjakan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar